Alhamduliilah, MULTI PHONE telah menjadi agen pemasangan ppob/ tempat pembayaran listrik.Jadi jika anda ingin membuka tempat pembayaran listrik bisa hubungi kami,disamping itu kami jga melayani pembelian listrik prabayar/ token, pembayaran speedy,telepon rumah dll.
hub kami di :
MULTI PHONE
alamat: pule tikung no 51 & pasar kembangbahu no 13A kembangbahu
phone: 085730924444 atau 085745956777
ym/ e-mail : zane_mp@yahoo.co.id
Sabtu, 18 Juni 2011
Kamis, 09 Juni 2011
cabang multi phone
Alhamdulillah sejak tanggal 12 desember 2010 MULTI PHONE Tikung membuka cabang lagi di kembangbahu tepatnya di Ruko pasar kembangbahu No.13 A dengan nama MULTI PHONE II.Kami juga melayani service hp software-hardware, distributor pulsa, perdana, pembayaran listrik, speedy, telpn rumah,cetak foto, jual beli hp new & second, dan accesories.Dengan adanya cabang kami akan memudahkan anda yang berada di daerah kembangbahu untuk membutuhkan layanan jasa kami.disni kami akan melayani anda sebaik mungkin, harga service,dan hp baru/second hemat dan berkualitas.untuk kedepannya kami akan membuka cabang lagi.....
manager office : mohammad zane
home : tlogo agung kembangbahu
phone : 085730924444
e-mail/ ym: zane_mp@yahoo.co.id
manager office : mohammad zane
home : tlogo agung kembangbahu
phone : 085730924444
e-mail/ ym: zane_mp@yahoo.co.id
Tips Memilih Blackberry Original
Bisa dibilang saat ini Blackberry Smartphone paling terpopuler belakangan ini. Tidak aneh jika penjualan Blackberry selalu meningkat, apalagi berbagai fitur menarik seperti akses internet ke jejaring sosial tersedia di Blackberry.
Tentu semua orang ingin Blackberry yang asli yang memang dikeluarkan oleh Research In Motion (RIM). Walau begitu, Blackberry tidak lepas dari barang bajakan atau imitasi. Berikut ini adalah sedikit tips untuk membedakan Blackberry original yang dikeluarkan RIM atau Blackberry imitasi:
1. Periksa kode IMEI dan PIN
IMEI dan PIN pada Blackberry biasanya terdapat pada filmware handled, dus, dan stiker yang tertempel di tempat baterai. Cara melihat PIN dan IMEI, pada tampilan homescreen klik Options lalu pilih status, tekan tombol Shift + ALT + H bersamaan. Nomor IMEI dan PIN Blackberry yang original akan sesuai dengan yang tertera di stiker luar.
2. Lihat Internal Data
Cek Lifetime pada option dan status, ketik BUYR. Data lifetime menampilkan angka Nol bila Blackberry Anda masih baru. Jika yang muncul Exceeding 120K dan Voice Usage Exeeding 60 Minutes, sebaiknya pikirkan matang-matang sebelum membeli karena itu berarti Blacberry sudah pernah digunakan secara maksimal.
3. Perhatikan Logo dan Dus
Dus Blacberry biasanya mencantumkan stiker identitas handheld dan hak paten. Biasanya ada logo operator seluler berbagai negara. Meski terdapat logo lain negara, jangan khawatir karena Blackberry masih bisa dipakai bila koneksi tak terkunci alias unlock. Ingat, logo di layar LCD harus sama dengan logo yang ada di body.
Dengan melakukan langkah sederhana di atas, maka Anda akan mendapatkan produk Blackberry yang berkualitas sesuai harapan Anda, Blackberry yang original. Semoga tips membeli Blackberry di atas bermanfaat bagi kita semua.
salam,zane mp service center
Selasa, 31 Agustus 2010
pergeseran arah kiblat
MUI: Tak Perlu Ubah Arah Masjid
Jumat, 16 Juli 2010 01:52
...
Jakarta,SM CyberNews. Kendati ada pergeseran arah kiblat bagi umat
muslim di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak menyarankan
untuk turut mengubah arah masjid. Umat muslim hanya perlu mengubah
safnya saja.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Aminuddin Yakub mengatakan, pergeseran saf
sholat ke arah kanan memang akan membuat sedikit ruang terbuang. "Tapi
itu agar ibadah kita lebih sempurna," kata Aminuddin.
Umat Islam diharapkan untuk tidak khawatir mengenai sah atau tidaknya
salat yang dilakukan sebelum fatwa penggeseran arah kiblat, dari Barat
ke Barat laut (25 derajat dari Barat).
"Salat kita yang kemarin tetap sah. Para ulama juga sudah ijtihad kalau
kita menghadap ke kiblat. Dan Barat Lautlah kiblat bagi umat muslim di
Indonesia," tambahnya.
Masyarakat juga dapat menggunakan kompas sebagai panduan. Selain itu, masyarakat juga dapat mengakses www.qiblalocator.com untuk mengetahui letak pasti pergeseran arah kiblat di setiap daerah.
benarkah waktu imsak adalah batas akhir sahur
Benarkah waktu imsak adalah batas akhir kita untuk makan sahur.....?
sebagian kaum muslimin berdasarkan realita yang ada beranggapan bahwa imsak adalah batas akhir dari makan sahur....Padahal Tidaklah Demikian...
Berikut ini keterangan dan dalil-dalilnya......
1. Dari Zaid rhadiallohu'anhu berkata:
“Kami bersahur bersama Nabi shallallahu'alaihi wasallam kemudian kami bangun pergi sholat, perawi bertanya:” Berapakah jarak diantara bersahur kamu dengan sholat? Zaid menjawab: lebih kurang lima puluh ayat” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
* Lima puluh ayat adalah sebelum sholat, bukannya sebelum azan. Mari kita sama-sama teliti dan perincikan semula hujah-hujah tentang/berkenaan waktu sahur yang sebenar berdasarkan hadis-hadis dan fatwa para ulama yang dibawakan.
2. Rasululloh shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
اِذَا سَمِعَ اَحَدُكُمْ النِّدَاءَ ، وَاْلإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ ، فَلاَ يَضَعَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ.
“Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan, maka janganlah ia meletakkannya sehingga ia menyelesaikan hajatnya”. (H/R Ahmad 2/423. Abu Daud 1/149. Ibn Jarir dalam tafsirnya 3/529. Hakim 1/426. Baihaqi 4/218. Dan diriwayatkan oleh selain mereka. Lihat: Fawaid al-Muntaqa. 1/2 Abu Muhammad al-Jauhari)
3. Riwayat dari beberapa jalan, dari Hammad bin Salamah, dari Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata:
“Rasulullah bersabda: Abu Hurairah menyebutkan hadis: Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan janganlah ia meninggalkan makanannya sehingga menyelesaikan makanannya”. (Menurut Hakim, hadis ini sahih berdasarkan syarat Muslim. Disepakati oleh az-Zahabi. Hadis hasan)
4. “ketika iqamah, Umar memegang segelas air, beliau bertanya kepada Rasulullah: Apakah masih boleh minum wahai Rasulullah? Jawab baginda: Ya, minumlah! Kemudian ia minum” (Ibn Jarir 3/527/3017. Melalui dua sanad darinya)
5. Telah diriwayatkan dari Ibnu Lahi’ah dari Abu Zubir ia berkata:
“Aku bertanya kepada Jabir tentang seorang bermaksud berpuasa masih memegang air untuk diminum, kemudian mendengar azan. Jabir menjawab: Kami pernah mengatakan hal seperti ini kepada Rasulullah, baginda bersabda: Hendaklah ia minum”. (H/R Ahm,ad. 3/348. Beliau berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Musa ia berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Ibnu Lahi’ah)
Al-Albani rahimahullah berkata: Isnad hadis ini tidak mengapa (diterima untuk penguat hadis). Al-Walid bin Muslim juga meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Lahi’ah. Dikeluarkan oleh Abu al-Husin al-Kilabi dalam Nuskah Abu Al-Abbas Tahir bin Muhammad. Para perawi hadis ini tsiqah, termasuk perawi Imam Muslim kecuali Ibnu Lahi’ah. Al-Haithami dalam al-Majma’ 3/153 diriwayatkan oleh Ahmad isnadnya hasan.
6. Dikeluarkan oleh Ishaq dari Abdullah bin Mu’aqal dari Bilal:
“Aku mendatangi Nabi untuk azan Subuh, padahal baginda akan berpuasa, kemudian baginda meminta segelas air untuk diminum, setelah itu baginda mengajak aku untuk minum sama (sedangkan sudah masuk azan subuh), dan kami keluar untuk solat subuh”. (Dikeluarkan oleh Ibn Jarir. 3028 dan 3019. Ahmad 2/12 dan para perawinya tsiqah dan merupakan para perawi Bukhari dan Muslim)
7. Muthi’ bin Rasyid meriwayatkan:
“Menceritakan kepada kami Taubah al-Ambari, dia mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda: Lihatlah siapa berada di masjid, pergilah, di sana aku dapati Abu Bakar dan Umar. Aku memanggil mereka, aku bawakan makanan, aku letakkan di depan beliau, beliau makan bersama mereka (sedangkan sudah azan subuh), setelah itu keluar, kemudian Rasulullah shallallahu'alaihi wasallambersolat bersama mereka iaitu sholat subuh. (Dikeluarkan oleh al-Bazzar 993 dalam Kasyful Astar dab Ibn Hajar berkata dalam az-Zawaid hlm. 106 bahawa Isnadnya hasan. Al-Albani berkata Al-Haitami berkata seperti Ibn Hajar dalam al-Majmak. 3/152)
FATWA SYEIKH SOLEH AL-UTHAIMIN
Syeikh Muhammad bin Salih al-Uthaimin rahimahullah ditanya: Kami melihat di sebahagian kalendar pada bulan Ramadan terdapat bahagian dinamakan Imsak, terjadi kira-kira 10 minit sebelum azan fajar, apakah ada dasarnya dari sunnah ataukah termasuk bid’ah? Berilah kami fatwa semoga anda sentiasa mendapat pahala.
Jawapan Syeikh: Imsak termasuk perkara bid’ah, tidak ada dasarnya dari al-Quran atau sunnah. Kerana Allah berfriman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah 2: 187)
اِنَّ بِلاَلاً يُؤَذِّنُ لَيْلاً ، فَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى تَسْمَعُوْا اَذَانَ ابْنِ اُمِّ مَكْتُوْمِ ، فَاِنَّهُ لاَيُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلِعَ الْفَجْرُ.
“Sesungguhnya Bilal azan diwaktu malam, makan dan minumlah sehingga mendengar azan Ibnu Ummi Maktum, kerana ia tidak berazan sehingga terbit fajar”. (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)
Imsak yang dibuat oleh sebahagian orang merupakan tambahan atas apa yang diajarkan Allah, hal itu termasuk perkara batil dan termasuk tanathu’ (berlebih-lebihan) dalam beragama.
Ini sebagai dalil bahawa seseorang yang mendapati fajar mulai terbit, makanan dan minuman masih di tangannya, masih boleh baginya makan. Allah berfirman:
كُلُوْاوَاشْرَبُوْاحَتَّىيَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَبْيَضِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan Makanlah dan minumlah kamu sehingga terang bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah 2: 187)
Tiada pertentangan ayat ini dan hadis-hadis yang semakna dengannya, tidak dengan ijmak bahkan sahabat dan selain mereka memakai hadis itu yang menerangkan boleh sahur sampai jelas fajar. (Lihat: Fathul Bari. 2/109-120) Hadis ini menerangkan bid’ahnya imsak seperempat jam sebelum subuh. Puncanya takut azan subuh sedangkan masih makan sahur. Seandainya difahami makan itu untuk menyelesaikan sahur walaupun terdengar azan mereka tidak akan terjerumus ke dalam bid’ah. (Lihat: Tamamul Minnah Fi Ta’liq An Fiqhi Sunnah, Sheikh Muhammad Nassruddin al-Albani)
PENDAPAT YANG LAIN
Abdullah bin Abdulrahman bin Soleh al-Bassam (Anggota Majlis Kibarul Ulama) menjelaskan melalui hadis Bukhari dan Muslim:
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَامَ اِلَى الصَّلاَةِ قَالَ : اَنَسٍ قُلْتُ لِزَيْدٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ الاَذَانِ وَالسَّحُوْرِ ؟ قَالَ : قَدْرُخَمْسِيْنَ آيَةً
“Dari Zaid bin Thabit berkata: Kami bersahur bersama Rasulullah, kemudian baginda bangkit untuk solat Subuh. Anas berkata, bertanya kepada Zaid, berapa jarak antara azan subuh dan sahur? Beliau menjawab: Sekitar bacaan lima puluh ayat”. (H/R Bukhari 4/18. Muslim 1097)
Azan di hadis ini ialah iqamah. Ia dijelaskan di sahih Bukhari dan Muslim dari Anas dari Zaid, ia berkata: Kami sahur bersama Rasulullah kemudian bangkit untuk solat. Anas bertanya. Berapa lama antara sahur dan solat? Zaid berkata: Sekitar lima puluh ayat”. Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit bahawa Zaid bersahur bersama Rasulullah dan termasuk kebiasaan Rasulullah bersahur menjelang subuh, setelah bersahur baginda bangkit untuk solat Subuh. Anas bertanya kepada Zaid: Berapa lama jarak iqamah dan sahur? Zaid berkata: Sekitar bacaan lima pulah ayat. Kesimpulan daripada kandungan hadis:
1 - Keutamaan melewatkan makan sahur hingga masuknya Subuh.
2 - Bersegera solat subuh.
3 - Waktu imsak adalah terbit fajar (di dalam waktu Subuh). Allah berfirman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah kamu sehingga terang benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah, 187)
Dibolehkan makan, minum dan bersetubuh selama tidak menyedari fajar telah terbit atau belum. Allah serta RasulNya telah menerangkan batas terbit fajar sehingga menjadi jelas (fajar telah terbit). Allah memaafkan kesalahan, kelupaan serta membolehkan makan, minum dan bersetubuh selama belum jelas fajar telah terbit. Sesungguhnya terbit fajar adalah satu keyakinan yang tidak ada keraguan padanya sama sekali. (Lihat: صفة صوم النبى فى رمضان) Dengan penjelasan ini, apa yang dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin dengan menentukan waktu Imsak sebelum waktu terbit fajar (subuh) adalah bid’ah yang tidak ada dalilnya. Yang sunnah ialah makan sahur pada permulaan hampirnya terbit fajar subuh. (Lihat: Taisir. Syarah Umdatul Ahkam. Hlm. 414-415)
Kesimpulan:
Dibolehkan makan/bersahur sehingga kira-kira bacaan 50 ayat Qur’an selepas masuknya/azan subuh.
Masih dibenarkan menghabiskan makanan/minuman (sahur) dikala azan subuh masih/sedang dikumandangkan.
Waktu imsak yang ditetapkan sebelum masuknya waktu subuh/fazar adalah tidak ada dasarnya dari al-Qur’an dan sunnah.
sebagian kaum muslimin berdasarkan realita yang ada beranggapan bahwa imsak adalah batas akhir dari makan sahur....Padahal Tidaklah Demikian...
Berikut ini keterangan dan dalil-dalilnya......
1. Dari Zaid rhadiallohu'anhu berkata:
“Kami bersahur bersama Nabi shallallahu'alaihi wasallam kemudian kami bangun pergi sholat, perawi bertanya:” Berapakah jarak diantara bersahur kamu dengan sholat? Zaid menjawab: lebih kurang lima puluh ayat” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
* Lima puluh ayat adalah sebelum sholat, bukannya sebelum azan. Mari kita sama-sama teliti dan perincikan semula hujah-hujah tentang/berkenaan waktu sahur yang sebenar berdasarkan hadis-hadis dan fatwa para ulama yang dibawakan.
2. Rasululloh shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
اِذَا سَمِعَ اَحَدُكُمْ النِّدَاءَ ، وَاْلإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ ، فَلاَ يَضَعَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ.
“Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan, maka janganlah ia meletakkannya sehingga ia menyelesaikan hajatnya”. (H/R Ahmad 2/423. Abu Daud 1/149. Ibn Jarir dalam tafsirnya 3/529. Hakim 1/426. Baihaqi 4/218. Dan diriwayatkan oleh selain mereka. Lihat: Fawaid al-Muntaqa. 1/2 Abu Muhammad al-Jauhari)
3. Riwayat dari beberapa jalan, dari Hammad bin Salamah, dari Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata:
“Rasulullah bersabda: Abu Hurairah menyebutkan hadis: Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan janganlah ia meninggalkan makanannya sehingga menyelesaikan makanannya”. (Menurut Hakim, hadis ini sahih berdasarkan syarat Muslim. Disepakati oleh az-Zahabi. Hadis hasan)
4. “ketika iqamah, Umar memegang segelas air, beliau bertanya kepada Rasulullah: Apakah masih boleh minum wahai Rasulullah? Jawab baginda: Ya, minumlah! Kemudian ia minum” (Ibn Jarir 3/527/3017. Melalui dua sanad darinya)
5. Telah diriwayatkan dari Ibnu Lahi’ah dari Abu Zubir ia berkata:
“Aku bertanya kepada Jabir tentang seorang bermaksud berpuasa masih memegang air untuk diminum, kemudian mendengar azan. Jabir menjawab: Kami pernah mengatakan hal seperti ini kepada Rasulullah, baginda bersabda: Hendaklah ia minum”. (H/R Ahm,ad. 3/348. Beliau berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Musa ia berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Ibnu Lahi’ah)
Al-Albani rahimahullah berkata: Isnad hadis ini tidak mengapa (diterima untuk penguat hadis). Al-Walid bin Muslim juga meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Lahi’ah. Dikeluarkan oleh Abu al-Husin al-Kilabi dalam Nuskah Abu Al-Abbas Tahir bin Muhammad. Para perawi hadis ini tsiqah, termasuk perawi Imam Muslim kecuali Ibnu Lahi’ah. Al-Haithami dalam al-Majma’ 3/153 diriwayatkan oleh Ahmad isnadnya hasan.
6. Dikeluarkan oleh Ishaq dari Abdullah bin Mu’aqal dari Bilal:
“Aku mendatangi Nabi untuk azan Subuh, padahal baginda akan berpuasa, kemudian baginda meminta segelas air untuk diminum, setelah itu baginda mengajak aku untuk minum sama (sedangkan sudah masuk azan subuh), dan kami keluar untuk solat subuh”. (Dikeluarkan oleh Ibn Jarir. 3028 dan 3019. Ahmad 2/12 dan para perawinya tsiqah dan merupakan para perawi Bukhari dan Muslim)
7. Muthi’ bin Rasyid meriwayatkan:
“Menceritakan kepada kami Taubah al-Ambari, dia mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda: Lihatlah siapa berada di masjid, pergilah, di sana aku dapati Abu Bakar dan Umar. Aku memanggil mereka, aku bawakan makanan, aku letakkan di depan beliau, beliau makan bersama mereka (sedangkan sudah azan subuh), setelah itu keluar, kemudian Rasulullah shallallahu'alaihi wasallambersolat bersama mereka iaitu sholat subuh. (Dikeluarkan oleh al-Bazzar 993 dalam Kasyful Astar dab Ibn Hajar berkata dalam az-Zawaid hlm. 106 bahawa Isnadnya hasan. Al-Albani berkata Al-Haitami berkata seperti Ibn Hajar dalam al-Majmak. 3/152)
FATWA SYEIKH SOLEH AL-UTHAIMIN
Syeikh Muhammad bin Salih al-Uthaimin rahimahullah ditanya: Kami melihat di sebahagian kalendar pada bulan Ramadan terdapat bahagian dinamakan Imsak, terjadi kira-kira 10 minit sebelum azan fajar, apakah ada dasarnya dari sunnah ataukah termasuk bid’ah? Berilah kami fatwa semoga anda sentiasa mendapat pahala.
Jawapan Syeikh: Imsak termasuk perkara bid’ah, tidak ada dasarnya dari al-Quran atau sunnah. Kerana Allah berfriman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah 2: 187)
اِنَّ بِلاَلاً يُؤَذِّنُ لَيْلاً ، فَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى تَسْمَعُوْا اَذَانَ ابْنِ اُمِّ مَكْتُوْمِ ، فَاِنَّهُ لاَيُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلِعَ الْفَجْرُ.
“Sesungguhnya Bilal azan diwaktu malam, makan dan minumlah sehingga mendengar azan Ibnu Ummi Maktum, kerana ia tidak berazan sehingga terbit fajar”. (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)
Imsak yang dibuat oleh sebahagian orang merupakan tambahan atas apa yang diajarkan Allah, hal itu termasuk perkara batil dan termasuk tanathu’ (berlebih-lebihan) dalam beragama.
Ini sebagai dalil bahawa seseorang yang mendapati fajar mulai terbit, makanan dan minuman masih di tangannya, masih boleh baginya makan. Allah berfirman:
كُلُوْاوَاشْرَبُوْاحَتَّىيَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَبْيَضِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan Makanlah dan minumlah kamu sehingga terang bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah 2: 187)
Tiada pertentangan ayat ini dan hadis-hadis yang semakna dengannya, tidak dengan ijmak bahkan sahabat dan selain mereka memakai hadis itu yang menerangkan boleh sahur sampai jelas fajar. (Lihat: Fathul Bari. 2/109-120) Hadis ini menerangkan bid’ahnya imsak seperempat jam sebelum subuh. Puncanya takut azan subuh sedangkan masih makan sahur. Seandainya difahami makan itu untuk menyelesaikan sahur walaupun terdengar azan mereka tidak akan terjerumus ke dalam bid’ah. (Lihat: Tamamul Minnah Fi Ta’liq An Fiqhi Sunnah, Sheikh Muhammad Nassruddin al-Albani)
PENDAPAT YANG LAIN
Abdullah bin Abdulrahman bin Soleh al-Bassam (Anggota Majlis Kibarul Ulama) menjelaskan melalui hadis Bukhari dan Muslim:
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَامَ اِلَى الصَّلاَةِ قَالَ : اَنَسٍ قُلْتُ لِزَيْدٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ الاَذَانِ وَالسَّحُوْرِ ؟ قَالَ : قَدْرُخَمْسِيْنَ آيَةً
“Dari Zaid bin Thabit berkata: Kami bersahur bersama Rasulullah, kemudian baginda bangkit untuk solat Subuh. Anas berkata, bertanya kepada Zaid, berapa jarak antara azan subuh dan sahur? Beliau menjawab: Sekitar bacaan lima puluh ayat”. (H/R Bukhari 4/18. Muslim 1097)
Azan di hadis ini ialah iqamah. Ia dijelaskan di sahih Bukhari dan Muslim dari Anas dari Zaid, ia berkata: Kami sahur bersama Rasulullah kemudian bangkit untuk solat. Anas bertanya. Berapa lama antara sahur dan solat? Zaid berkata: Sekitar lima puluh ayat”. Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit bahawa Zaid bersahur bersama Rasulullah dan termasuk kebiasaan Rasulullah bersahur menjelang subuh, setelah bersahur baginda bangkit untuk solat Subuh. Anas bertanya kepada Zaid: Berapa lama jarak iqamah dan sahur? Zaid berkata: Sekitar bacaan lima pulah ayat. Kesimpulan daripada kandungan hadis:
1 - Keutamaan melewatkan makan sahur hingga masuknya Subuh.
2 - Bersegera solat subuh.
3 - Waktu imsak adalah terbit fajar (di dalam waktu Subuh). Allah berfirman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah kamu sehingga terang benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah, 187)
Dibolehkan makan, minum dan bersetubuh selama tidak menyedari fajar telah terbit atau belum. Allah serta RasulNya telah menerangkan batas terbit fajar sehingga menjadi jelas (fajar telah terbit). Allah memaafkan kesalahan, kelupaan serta membolehkan makan, minum dan bersetubuh selama belum jelas fajar telah terbit. Sesungguhnya terbit fajar adalah satu keyakinan yang tidak ada keraguan padanya sama sekali. (Lihat: صفة صوم النبى فى رمضان) Dengan penjelasan ini, apa yang dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin dengan menentukan waktu Imsak sebelum waktu terbit fajar (subuh) adalah bid’ah yang tidak ada dalilnya. Yang sunnah ialah makan sahur pada permulaan hampirnya terbit fajar subuh. (Lihat: Taisir. Syarah Umdatul Ahkam. Hlm. 414-415)
Kesimpulan:
Dibolehkan makan/bersahur sehingga kira-kira bacaan 50 ayat Qur’an selepas masuknya/azan subuh.
Masih dibenarkan menghabiskan makanan/minuman (sahur) dikala azan subuh masih/sedang dikumandangkan.
Waktu imsak yang ditetapkan sebelum masuknya waktu subuh/fazar adalah tidak ada dasarnya dari al-Qur’an dan sunnah.
benarkah waktu imsak adalah batas akhir sahur
Benarkah waktu imsak adalah batas akhir kita untuk makan sahur.....?
sebagian kaum muslimin berdasarkan realita yang ada beranggapan bahwa imsak adalah batas akhir dari makan sahur....Padahal Tidaklah Demikian...
Berikut ini keterangan dan dalil-dalilnya......
1. Dari Zaid rhadiallohu'anhu berkata:
“Kami bersahur bersama Nabi shallallahu'alaihi wasallam kemudian kami bangun pergi sholat, perawi bertanya:” Berapakah jarak diantara bersahur kamu dengan sholat? Zaid menjawab: lebih kurang lima puluh ayat” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
* Lima puluh ayat adalah sebelum sholat, bukannya sebelum azan. Mari kita sama-sama teliti dan perincikan semula hujah-hujah tentang/berkenaan waktu sahur yang sebenar berdasarkan hadis-hadis dan fatwa para ulama yang dibawakan.
2. Rasululloh shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
اِذَا سَمِعَ اَحَدُكُمْ النِّدَاءَ ، وَاْلإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ ، فَلاَ يَضَعَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ.
“Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan, maka janganlah ia meletakkannya sehingga ia menyelesaikan hajatnya”. (H/R Ahmad 2/423. Abu Daud 1/149. Ibn Jarir dalam tafsirnya 3/529. Hakim 1/426. Baihaqi 4/218. Dan diriwayatkan oleh selain mereka. Lihat: Fawaid al-Muntaqa. 1/2 Abu Muhammad al-Jauhari)
3. Riwayat dari beberapa jalan, dari Hammad bin Salamah, dari Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata:
“Rasulullah bersabda: Abu Hurairah menyebutkan hadis: Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan janganlah ia meninggalkan makanannya sehingga menyelesaikan makanannya”. (Menurut Hakim, hadis ini sahih berdasarkan syarat Muslim. Disepakati oleh az-Zahabi. Hadis hasan)
4. “ketika iqamah, Umar memegang segelas air, beliau bertanya kepada Rasulullah: Apakah masih boleh minum wahai Rasulullah? Jawab baginda: Ya, minumlah! Kemudian ia minum” (Ibn Jarir 3/527/3017. Melalui dua sanad darinya)
5. Telah diriwayatkan dari Ibnu Lahi’ah dari Abu Zubir ia berkata:
“Aku bertanya kepada Jabir tentang seorang bermaksud berpuasa masih memegang air untuk diminum, kemudian mendengar azan. Jabir menjawab: Kami pernah mengatakan hal seperti ini kepada Rasulullah, baginda bersabda: Hendaklah ia minum”. (H/R Ahm,ad. 3/348. Beliau berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Musa ia berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Ibnu Lahi’ah)
Al-Albani rahimahullah berkata: Isnad hadis ini tidak mengapa (diterima untuk penguat hadis). Al-Walid bin Muslim juga meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Lahi’ah. Dikeluarkan oleh Abu al-Husin al-Kilabi dalam Nuskah Abu Al-Abbas Tahir bin Muhammad. Para perawi hadis ini tsiqah, termasuk perawi Imam Muslim kecuali Ibnu Lahi’ah. Al-Haithami dalam al-Majma’ 3/153 diriwayatkan oleh Ahmad isnadnya hasan.
6. Dikeluarkan oleh Ishaq dari Abdullah bin Mu’aqal dari Bilal:
“Aku mendatangi Nabi untuk azan Subuh, padahal baginda akan berpuasa, kemudian baginda meminta segelas air untuk diminum, setelah itu baginda mengajak aku untuk minum sama (sedangkan sudah masuk azan subuh), dan kami keluar untuk solat subuh”. (Dikeluarkan oleh Ibn Jarir. 3028 dan 3019. Ahmad 2/12 dan para perawinya tsiqah dan merupakan para perawi Bukhari dan Muslim)
7. Muthi’ bin Rasyid meriwayatkan:
“Menceritakan kepada kami Taubah al-Ambari, dia mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda: Lihatlah siapa berada di masjid, pergilah, di sana aku dapati Abu Bakar dan Umar. Aku memanggil mereka, aku bawakan makanan, aku letakkan di depan beliau, beliau makan bersama mereka (sedangkan sudah azan subuh), setelah itu keluar, kemudian Rasulullah shallallahu'alaihi wasallambersolat bersama mereka iaitu sholat subuh. (Dikeluarkan oleh al-Bazzar 993 dalam Kasyful Astar dab Ibn Hajar berkata dalam az-Zawaid hlm. 106 bahawa Isnadnya hasan. Al-Albani berkata Al-Haitami berkata seperti Ibn Hajar dalam al-Majmak. 3/152)
FATWA SYEIKH SOLEH AL-UTHAIMIN
Syeikh Muhammad bin Salih al-Uthaimin rahimahullah ditanya: Kami melihat di sebahagian kalendar pada bulan Ramadan terdapat bahagian dinamakan Imsak, terjadi kira-kira 10 minit sebelum azan fajar, apakah ada dasarnya dari sunnah ataukah termasuk bid’ah? Berilah kami fatwa semoga anda sentiasa mendapat pahala.
Jawapan Syeikh: Imsak termasuk perkara bid’ah, tidak ada dasarnya dari al-Quran atau sunnah. Kerana Allah berfriman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah 2: 187)
اِنَّ بِلاَلاً يُؤَذِّنُ لَيْلاً ، فَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى تَسْمَعُوْا اَذَانَ ابْنِ اُمِّ مَكْتُوْمِ ، فَاِنَّهُ لاَيُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلِعَ الْفَجْرُ.
“Sesungguhnya Bilal azan diwaktu malam, makan dan minumlah sehingga mendengar azan Ibnu Ummi Maktum, kerana ia tidak berazan sehingga terbit fajar”. (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)
Imsak yang dibuat oleh sebahagian orang merupakan tambahan atas apa yang diajarkan Allah, hal itu termasuk perkara batil dan termasuk tanathu’ (berlebih-lebihan) dalam beragama.
Ini sebagai dalil bahawa seseorang yang mendapati fajar mulai terbit, makanan dan minuman masih di tangannya, masih boleh baginya makan. Allah berfirman:
كُلُوْاوَاشْرَبُوْاحَتَّىيَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَبْيَضِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan Makanlah dan minumlah kamu sehingga terang bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah 2: 187)
Tiada pertentangan ayat ini dan hadis-hadis yang semakna dengannya, tidak dengan ijmak bahkan sahabat dan selain mereka memakai hadis itu yang menerangkan boleh sahur sampai jelas fajar. (Lihat: Fathul Bari. 2/109-120) Hadis ini menerangkan bid’ahnya imsak seperempat jam sebelum subuh. Puncanya takut azan subuh sedangkan masih makan sahur. Seandainya difahami makan itu untuk menyelesaikan sahur walaupun terdengar azan mereka tidak akan terjerumus ke dalam bid’ah. (Lihat: Tamamul Minnah Fi Ta’liq An Fiqhi Sunnah, Sheikh Muhammad Nassruddin al-Albani)
PENDAPAT YANG LAIN
Abdullah bin Abdulrahman bin Soleh al-Bassam (Anggota Majlis Kibarul Ulama) menjelaskan melalui hadis Bukhari dan Muslim:
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَامَ اِلَى الصَّلاَةِ قَالَ : اَنَسٍ قُلْتُ لِزَيْدٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ الاَذَانِ وَالسَّحُوْرِ ؟ قَالَ : قَدْرُخَمْسِيْنَ آيَةً
“Dari Zaid bin Thabit berkata: Kami bersahur bersama Rasulullah, kemudian baginda bangkit untuk solat Subuh. Anas berkata, bertanya kepada Zaid, berapa jarak antara azan subuh dan sahur? Beliau menjawab: Sekitar bacaan lima puluh ayat”. (H/R Bukhari 4/18. Muslim 1097)
Azan di hadis ini ialah iqamah. Ia dijelaskan di sahih Bukhari dan Muslim dari Anas dari Zaid, ia berkata: Kami sahur bersama Rasulullah kemudian bangkit untuk solat. Anas bertanya. Berapa lama antara sahur dan solat? Zaid berkata: Sekitar lima puluh ayat”. Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit bahawa Zaid bersahur bersama Rasulullah dan termasuk kebiasaan Rasulullah bersahur menjelang subuh, setelah bersahur baginda bangkit untuk solat Subuh. Anas bertanya kepada Zaid: Berapa lama jarak iqamah dan sahur? Zaid berkata: Sekitar bacaan lima pulah ayat. Kesimpulan daripada kandungan hadis:
1 - Keutamaan melewatkan makan sahur hingga masuknya Subuh.
2 - Bersegera solat subuh.
3 - Waktu imsak adalah terbit fajar (di dalam waktu Subuh). Allah berfirman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah kamu sehingga terang benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah, 187)
Dibolehkan makan, minum dan bersetubuh selama tidak menyedari fajar telah terbit atau belum. Allah serta RasulNya telah menerangkan batas terbit fajar sehingga menjadi jelas (fajar telah terbit). Allah memaafkan kesalahan, kelupaan serta membolehkan makan, minum dan bersetubuh selama belum jelas fajar telah terbit. Sesungguhnya terbit fajar adalah satu keyakinan yang tidak ada keraguan padanya sama sekali. (Lihat: صفة صوم النبى فى رمضان) Dengan penjelasan ini, apa yang dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin dengan menentukan waktu Imsak sebelum waktu terbit fajar (subuh) adalah bid’ah yang tidak ada dalilnya. Yang sunnah ialah makan sahur pada permulaan hampirnya terbit fajar subuh. (Lihat: Taisir. Syarah Umdatul Ahkam. Hlm. 414-415)
Kesimpulan:
Dibolehkan makan/bersahur sehingga kira-kira bacaan 50 ayat Qur’an selepas masuknya/azan subuh.
Masih dibenarkan menghabiskan makanan/minuman (sahur) dikala azan subuh masih/sedang dikumandangkan.
Waktu imsak yang ditetapkan sebelum masuknya waktu subuh/fazar adalah tidak ada dasarnya dari al-Qur’an dan sunnah.
sebagian kaum muslimin berdasarkan realita yang ada beranggapan bahwa imsak adalah batas akhir dari makan sahur....Padahal Tidaklah Demikian...
Berikut ini keterangan dan dalil-dalilnya......
1. Dari Zaid rhadiallohu'anhu berkata:
“Kami bersahur bersama Nabi shallallahu'alaihi wasallam kemudian kami bangun pergi sholat, perawi bertanya:” Berapakah jarak diantara bersahur kamu dengan sholat? Zaid menjawab: lebih kurang lima puluh ayat” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
* Lima puluh ayat adalah sebelum sholat, bukannya sebelum azan. Mari kita sama-sama teliti dan perincikan semula hujah-hujah tentang/berkenaan waktu sahur yang sebenar berdasarkan hadis-hadis dan fatwa para ulama yang dibawakan.
2. Rasululloh shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
اِذَا سَمِعَ اَحَدُكُمْ النِّدَاءَ ، وَاْلإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ ، فَلاَ يَضَعَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ.
“Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan, maka janganlah ia meletakkannya sehingga ia menyelesaikan hajatnya”. (H/R Ahmad 2/423. Abu Daud 1/149. Ibn Jarir dalam tafsirnya 3/529. Hakim 1/426. Baihaqi 4/218. Dan diriwayatkan oleh selain mereka. Lihat: Fawaid al-Muntaqa. 1/2 Abu Muhammad al-Jauhari)
3. Riwayat dari beberapa jalan, dari Hammad bin Salamah, dari Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata:
“Rasulullah bersabda: Abu Hurairah menyebutkan hadis: Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan janganlah ia meninggalkan makanannya sehingga menyelesaikan makanannya”. (Menurut Hakim, hadis ini sahih berdasarkan syarat Muslim. Disepakati oleh az-Zahabi. Hadis hasan)
4. “ketika iqamah, Umar memegang segelas air, beliau bertanya kepada Rasulullah: Apakah masih boleh minum wahai Rasulullah? Jawab baginda: Ya, minumlah! Kemudian ia minum” (Ibn Jarir 3/527/3017. Melalui dua sanad darinya)
5. Telah diriwayatkan dari Ibnu Lahi’ah dari Abu Zubir ia berkata:
“Aku bertanya kepada Jabir tentang seorang bermaksud berpuasa masih memegang air untuk diminum, kemudian mendengar azan. Jabir menjawab: Kami pernah mengatakan hal seperti ini kepada Rasulullah, baginda bersabda: Hendaklah ia minum”. (H/R Ahm,ad. 3/348. Beliau berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Musa ia berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Ibnu Lahi’ah)
Al-Albani rahimahullah berkata: Isnad hadis ini tidak mengapa (diterima untuk penguat hadis). Al-Walid bin Muslim juga meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Lahi’ah. Dikeluarkan oleh Abu al-Husin al-Kilabi dalam Nuskah Abu Al-Abbas Tahir bin Muhammad. Para perawi hadis ini tsiqah, termasuk perawi Imam Muslim kecuali Ibnu Lahi’ah. Al-Haithami dalam al-Majma’ 3/153 diriwayatkan oleh Ahmad isnadnya hasan.
6. Dikeluarkan oleh Ishaq dari Abdullah bin Mu’aqal dari Bilal:
“Aku mendatangi Nabi untuk azan Subuh, padahal baginda akan berpuasa, kemudian baginda meminta segelas air untuk diminum, setelah itu baginda mengajak aku untuk minum sama (sedangkan sudah masuk azan subuh), dan kami keluar untuk solat subuh”. (Dikeluarkan oleh Ibn Jarir. 3028 dan 3019. Ahmad 2/12 dan para perawinya tsiqah dan merupakan para perawi Bukhari dan Muslim)
7. Muthi’ bin Rasyid meriwayatkan:
“Menceritakan kepada kami Taubah al-Ambari, dia mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda: Lihatlah siapa berada di masjid, pergilah, di sana aku dapati Abu Bakar dan Umar. Aku memanggil mereka, aku bawakan makanan, aku letakkan di depan beliau, beliau makan bersama mereka (sedangkan sudah azan subuh), setelah itu keluar, kemudian Rasulullah shallallahu'alaihi wasallambersolat bersama mereka iaitu sholat subuh. (Dikeluarkan oleh al-Bazzar 993 dalam Kasyful Astar dab Ibn Hajar berkata dalam az-Zawaid hlm. 106 bahawa Isnadnya hasan. Al-Albani berkata Al-Haitami berkata seperti Ibn Hajar dalam al-Majmak. 3/152)
FATWA SYEIKH SOLEH AL-UTHAIMIN
Syeikh Muhammad bin Salih al-Uthaimin rahimahullah ditanya: Kami melihat di sebahagian kalendar pada bulan Ramadan terdapat bahagian dinamakan Imsak, terjadi kira-kira 10 minit sebelum azan fajar, apakah ada dasarnya dari sunnah ataukah termasuk bid’ah? Berilah kami fatwa semoga anda sentiasa mendapat pahala.
Jawapan Syeikh: Imsak termasuk perkara bid’ah, tidak ada dasarnya dari al-Quran atau sunnah. Kerana Allah berfriman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah 2: 187)
اِنَّ بِلاَلاً يُؤَذِّنُ لَيْلاً ، فَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى تَسْمَعُوْا اَذَانَ ابْنِ اُمِّ مَكْتُوْمِ ، فَاِنَّهُ لاَيُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلِعَ الْفَجْرُ.
“Sesungguhnya Bilal azan diwaktu malam, makan dan minumlah sehingga mendengar azan Ibnu Ummi Maktum, kerana ia tidak berazan sehingga terbit fajar”. (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)
Imsak yang dibuat oleh sebahagian orang merupakan tambahan atas apa yang diajarkan Allah, hal itu termasuk perkara batil dan termasuk tanathu’ (berlebih-lebihan) dalam beragama.
Ini sebagai dalil bahawa seseorang yang mendapati fajar mulai terbit, makanan dan minuman masih di tangannya, masih boleh baginya makan. Allah berfirman:
كُلُوْاوَاشْرَبُوْاحَتَّىيَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَبْيَضِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan Makanlah dan minumlah kamu sehingga terang bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah 2: 187)
Tiada pertentangan ayat ini dan hadis-hadis yang semakna dengannya, tidak dengan ijmak bahkan sahabat dan selain mereka memakai hadis itu yang menerangkan boleh sahur sampai jelas fajar. (Lihat: Fathul Bari. 2/109-120) Hadis ini menerangkan bid’ahnya imsak seperempat jam sebelum subuh. Puncanya takut azan subuh sedangkan masih makan sahur. Seandainya difahami makan itu untuk menyelesaikan sahur walaupun terdengar azan mereka tidak akan terjerumus ke dalam bid’ah. (Lihat: Tamamul Minnah Fi Ta’liq An Fiqhi Sunnah, Sheikh Muhammad Nassruddin al-Albani)
PENDAPAT YANG LAIN
Abdullah bin Abdulrahman bin Soleh al-Bassam (Anggota Majlis Kibarul Ulama) menjelaskan melalui hadis Bukhari dan Muslim:
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَامَ اِلَى الصَّلاَةِ قَالَ : اَنَسٍ قُلْتُ لِزَيْدٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ الاَذَانِ وَالسَّحُوْرِ ؟ قَالَ : قَدْرُخَمْسِيْنَ آيَةً
“Dari Zaid bin Thabit berkata: Kami bersahur bersama Rasulullah, kemudian baginda bangkit untuk solat Subuh. Anas berkata, bertanya kepada Zaid, berapa jarak antara azan subuh dan sahur? Beliau menjawab: Sekitar bacaan lima puluh ayat”. (H/R Bukhari 4/18. Muslim 1097)
Azan di hadis ini ialah iqamah. Ia dijelaskan di sahih Bukhari dan Muslim dari Anas dari Zaid, ia berkata: Kami sahur bersama Rasulullah kemudian bangkit untuk solat. Anas bertanya. Berapa lama antara sahur dan solat? Zaid berkata: Sekitar lima puluh ayat”. Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit bahawa Zaid bersahur bersama Rasulullah dan termasuk kebiasaan Rasulullah bersahur menjelang subuh, setelah bersahur baginda bangkit untuk solat Subuh. Anas bertanya kepada Zaid: Berapa lama jarak iqamah dan sahur? Zaid berkata: Sekitar bacaan lima pulah ayat. Kesimpulan daripada kandungan hadis:
1 - Keutamaan melewatkan makan sahur hingga masuknya Subuh.
2 - Bersegera solat subuh.
3 - Waktu imsak adalah terbit fajar (di dalam waktu Subuh). Allah berfirman:
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah kamu sehingga terang benang putih dari benang hitam iaitu fajar”. (al-Baqarah, 187)
Dibolehkan makan, minum dan bersetubuh selama tidak menyedari fajar telah terbit atau belum. Allah serta RasulNya telah menerangkan batas terbit fajar sehingga menjadi jelas (fajar telah terbit). Allah memaafkan kesalahan, kelupaan serta membolehkan makan, minum dan bersetubuh selama belum jelas fajar telah terbit. Sesungguhnya terbit fajar adalah satu keyakinan yang tidak ada keraguan padanya sama sekali. (Lihat: صفة صوم النبى فى رمضان) Dengan penjelasan ini, apa yang dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin dengan menentukan waktu Imsak sebelum waktu terbit fajar (subuh) adalah bid’ah yang tidak ada dalilnya. Yang sunnah ialah makan sahur pada permulaan hampirnya terbit fajar subuh. (Lihat: Taisir. Syarah Umdatul Ahkam. Hlm. 414-415)
Kesimpulan:
Dibolehkan makan/bersahur sehingga kira-kira bacaan 50 ayat Qur’an selepas masuknya/azan subuh.
Masih dibenarkan menghabiskan makanan/minuman (sahur) dikala azan subuh masih/sedang dikumandangkan.
Waktu imsak yang ditetapkan sebelum masuknya waktu subuh/fazar adalah tidak ada dasarnya dari al-Qur’an dan sunnah.
Kamis, 19 Agustus 2010
Langganan:
Postingan (Atom)